Liburan ini aku mempunyai banyak waktu luang, di akhir Desember setelah menyelesaikan tugas UAS dan memberikan nilai mahasiswa, aku ngebut bikin bros. Namun, ketika aku beli ipad bekas, aku melupakan hobiku itu, dan berganti dengan hobi yang satu lagi, yakni membaca. Hahaha
Seneng banget dapat ipad, sehingga aku bisa baca buku apa saja, segera hunting novel-novel pdf , dan ketemu lah novel judul ini The Count of Monte Cristo. Aku baru pertama kali membaca novel yang ditulis oleh Alexandre Dumas. Sebelumnya aku memang suka novel-novel klasik baik Eropa maupun negara-negara Asia. Jadi, bagi yang tidak terbiasa dengan gaya penulisan novel-novel klasik biasanya akan merasakan boring.
|
foto diambil dari amazon.ca. |
Alexandre Dumas adalah penulis Perancis di sepanjang tahun 1829 hingga 1870. Adapun The Count of Monte Cristo ditulis pada tahun 1845-1846. Novel ini sangat panjang dengan penuturun tokoh yang saling jalin menjalin. Bahkan ketika difilmkan beberapa kali di tahun 1934, 1975, 1998, dan 2002 tidak satu pun yang berhasil menggambarkan secara keseluruhan adegan dalam novel. Berbeda dengan Gone with The Wind, dengan novel yang segedhe gaban (ditulis oleh Margaret Mitchell’s di tahun 1936) mampu difilmkan oleh David O. Selznick dengan cantik, meskipun hampir tiga jam. Hahahaha
The Count of Monte Cristo menceritakan tentang tokoh utama Edmond Dantes yang harus dipenjara selama 14 tahun karena sesuatu yang tidak dia mengerti serta segala kehidupannya direnggut oleh teman-temannya sendiri. Bahkan saya sendiri tidak mampu menulis untuk menceritakan kembali kisah yang memiliki banyak karakter dengan jalinan yang rumit ini.
Diawali dengan tokoh-tokoh yang menjadi penyebab cerita ini (lingkaran pertama), yakni Edmond Dantes, Mercedes, Monsieur Morrel, Danglars, Fernand Mondego, Cadarousse dan Villefort. Anak-anak dari tokoh di lingkaran pertama (lingkaran kedua) yakni Albert de Morcef, Maximilian Morrel, Valentine Villefort, Haydee, Benedetto, Julie Herbaut, Eugine Danglars. Tokoh pendukung yang hampir sama pentingnya dengan tokoh di lingkaran pertama yakni Noirtier, Signore Bertucci, Madame d’Villevort, Madame Danglars, Lucien Dabray, Ali, Luigi Vampa, Beauchamp, Franz dÉpinay, Marquiz of Saint-meran, Jacopo, Baron of Chateau-Renaud.
Setiap tokoh ini memiliki peran yang penting dan berhubungan satu dengan yang lain. Maka, ketika beberapa film dibuat dan menghilangkan beberapa tokoh, cerita pun seperti disederhanakan hanya tentang Edmond Dantes, Mercedes, Fernand Mondego, dan Albert de Morcef. Padahal, masih terdapat banyak tokoh dengan persoalan dan kontribusi mereka masing-masing terhadap perjalanan hidup Dantes.
Belajar dari film ini, sebuah rencana besar harus membutuhkan kesabaran dan keyakinan akan harapan. Bagi Dantes, dia mempelajari setiap skenario yang disusun untuk mencapai tujuannya. Dengan bekal yang diajarkan gurunya Abbe Faria, dia menyadari bahwa jiwa yang bersih tidak lah cukup untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi. Oleh karena itu, Dantes membangun dirinya sedemikian rupa untuk menjadi kuat tidak hanya secara finansial, tapi juga ahli strategi, bela diri, penguasaan berbagai bahasa dan juga pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk menuju misinya.
Dalam menjalankan skenario, Dantes memiliki beberapa avatar, sebagai seseorang yang bijaksana dia berubah menjadi Abbe Busoni, seorang pendeta Italia yang akan memberikan nasihat sekaligus ancaman agar setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Dantes berubah menjadi Lors Wilmore, untuk menjadi sosok yang dermawan, seorang filantropis, yang akan membantu siapa pun yang telah berbuat kebaikan tapi mengalami nasib buruk. Terakhir adalah perubahan Dantes, the Count of Monte Cristo, identitas yang memiliki sifat dingin dan keras yang menggambarkan kesendirian dan juga perasaan balas dendam.
Pelajaran terbaik dari novel ini dapat kalian temukan di akhir novel. Namun, bagian yang paling saya sukai adalah pernyataan Dantes terhadap Mercedes yang berputus asa.
“Aku bukan orang yang berpikir lagi Edmond, Tuhan telah menggoncangkan jiwaku sehingga aku sudah tidak mempunyai kemauan lagi. Karena aku tetap hidup, berarti Dia tidak menghendaki aku mati. Kalau Tuhan mengantarkan pertolongan, berarti Tuhan menghendaki aku menerimanya.”
“Bukan begitu cara kita memuja Tuhan,” kata Monte Cristo. “Tuhan menghendaki kita mengerti-Nya dan memikirkan tujuan-Nya: itulah sebabnya kita dibero kebebasan kemauan.”
Selain itu. Ada bagian juga yang bagus untuk direnungkan dalam surat yang ditulis Monte Cristo untuk Maximilian Morrel.
“Camkanlah ini Maximilian, rahasia yang kutemukan dan mudah-mudahan dapat menjadi pegangan bagimu: sebenarnya dalam dunia ini tidak ada kebahagiaan atau ketidakbahagiaan itu. Yang ada adalah perbandingan antara sesuatu keadaan dengan keadaan yang lain. Hanya orang yang pernah merasakan puncak kepedihan akan dapat merasakan puncak kebahagiaan............... Jangan lupa, bahwa sampai saat Tuhan berkenan membuka tabir masa depan seseorang, seluruh kebijaksanaan kemanusiaan bersimpul hanya kepada dua kata ini: menungg dan berharap.”
Yupz, sampai di sini hasil pembacaanku, jika ada yang tertarik membaca novel ini, akan aku berikan gratis pdfnya. Hehehe..