Film, Azumi dan Masa Kecilku.
gambarnya nggak nyambung nih, ngomongin film tapi gambarnya kelapa. nggak papa lah, nggak ada adean aku nonton film soalnya, hihi |
Aku sangat menyukai nonton film, apa saja asal tidak horor. Tapi, aku tidak
terlalu tertarik menulis ulasan tentang film-film yang sudah aku tonton.
Pertama, karena sudah banyak yang nulis tentang sinopsisnya. Kedua, aku tidak
tahu apa yang harus aku tulis, apalagi pakai gaya kritikus film, kebanyakan
nontonku hanya untuk hiburan, mendapatkan pengalaman baru tentang dunia, dan
juga mencintai imajinasi. Jadi, saya akan menulis tentang bagaimana kesukaan
saya dengan film-film, tapi tidak secara khusus mengulas film tersebut.
Sejak kecil, SD mungkin, saya sangat menyukai menonton film. Bahkan saat
semua orang belum mempunyai player. Saya lahir tahun 1987, meskipun tinggal di
perkotaan Semarang, tapi saat itu, memiliki player pemutar kaset sangatlah
sedikit. Hanya orang-orang kaya yang memilikinya. Untungnya, saya mempunyai
satu orang teman kaya yang sering kesepian karena kedua orang tuanya selalu
bepergian untuk urusan pekerjaan maupun bisnis.
Film pertama aku yang tonton masih menggunakan kaset pita nan besar, yaitu film Cinderella. Sebagai gantinya, aku akan mengerjakan PR temanku, asal aku diperbolehkan menonton film-film kartun koleksinya di rumahnya. Sekarang aku tidak tahu bagaimana kabar teman filmku itu.
Film pertama aku yang tonton masih menggunakan kaset pita nan besar, yaitu film Cinderella. Sebagai gantinya, aku akan mengerjakan PR temanku, asal aku diperbolehkan menonton film-film kartun koleksinya di rumahnya. Sekarang aku tidak tahu bagaimana kabar teman filmku itu.
Kesukaan dengan film makin menjadi-jadi, justru saat aku harus menahan diri
tidak menonton selama 4 bulan. Karena ketika aku sudah memasuki bangku
tsnawiyah, alias sekolah menengah pertama, aku dikirim ke pondok oleh orang
tua. Pondok pesantren tentu saja akan sangat tidak mengizinkan jika santrinya
menonton film-film bukan? Akhirnya aku hanya punya kesempatan 2 minggu liburan
sekolah tiap catur wulan. Pada tahun 2000 – 2003, tahun ajaran masih dibagi
menjadi tiga kali, sehingga dikenal dengan caturwulan.
Jika ada yang seumuranku, mungkin masih merasakan masa itu. Nah, seminggu pertama di rumah benar-benar aku manfaatkan hanya untuk menonton film. Dengan uang seadanya, aku membeli player, waktu itu film sudah ada dalam bentuk VCD, dan aku sangat bersyukur punya tetangga yang membuka rental film. Langsung saja tiap hari aku dapat menyewa enam sampai tujuh film. Kadang jika terlalu berlebihan aku hanya boleh menyewa 4 film sehari. Dari ratusan film yang aku tonton selama satu minggu per catur wulan selama tiga tahun, hanya sedikit yang benar-benar terkesan.
Jika ada yang seumuranku, mungkin masih merasakan masa itu. Nah, seminggu pertama di rumah benar-benar aku manfaatkan hanya untuk menonton film. Dengan uang seadanya, aku membeli player, waktu itu film sudah ada dalam bentuk VCD, dan aku sangat bersyukur punya tetangga yang membuka rental film. Langsung saja tiap hari aku dapat menyewa enam sampai tujuh film. Kadang jika terlalu berlebihan aku hanya boleh menyewa 4 film sehari. Dari ratusan film yang aku tonton selama satu minggu per catur wulan selama tiga tahun, hanya sedikit yang benar-benar terkesan.
Pada masa itu, aku paling suka dengan film-film hero yang pemeran utamanya perempuan.
Film itu juga bukan hanya film holywood, aku juga suka film-film action Jepang
dan juga film romantis India. Nah, film terbaik yang aku suka adalah Azumi. Film
ini tentang seorang samurai wanita yang harus menghadapi banyak rintangan untuk
menuntaskan misinya. Setiap misi harus mengorbankan orang-orang yang
disayanginya. Film ini rilis pada tahun 2003, dan sutradaranya adalah Ryuhei
Kitamura, sedangkan Aya Ueto berperan sebagai Azumi yaitu seorang Samurai
wanita yang memiliki skill lumayan tangguh dalam menghadapi musuhnya.
Kenapa aku menyukainya? Secara film-film dengan pemeran utama wanita, membuatku selalu bersemangat untuk bermimpi. Memang sih film ini agak serem dan juga sadis, adegan berdarah dimana-mana, dan dulu aku masih kuat nonton kayak gituan, sekarang mah mending menghindari, cari-cari film drama ajah.
Kenapa aku menyukainya? Secara film-film dengan pemeran utama wanita, membuatku selalu bersemangat untuk bermimpi. Memang sih film ini agak serem dan juga sadis, adegan berdarah dimana-mana, dan dulu aku masih kuat nonton kayak gituan, sekarang mah mending menghindari, cari-cari film drama ajah.
Tapi bagusnya film ini adalah dari gaya pengambilan gambar dan juga animasi
yang pada waktu itu sudah sangat canggih bangetz. Meskipun ini film serius dan
juga action, tapi pemilihan warna dan setting sangat ceria, dari hutan bambu,
sungai, hingga suana kota Jepang kuno yang menyegarkan. Tidak banyak adegan
perang dalam kegelapan. Penggunaan pakaian tradional Jepang (kimono) juga
menjadi kekayaan perfomance film yang tidak membosankan. Saya menunggu film
sebagus ini lagi, tapi meskipun sudah muncul film samurai adaptasi dari kartun Rurouni
Kenshin, menurutku masih bagusan Azumi.
Pertama, film Kenshin aku sudah nonton versi kartunnya, sehingga ketika diperpendek menjadi sebuah film seperti banyak adegan dan cerita yang terpotong. Aktor yang memainkannya juga terlalu imut, meskipun lama kelamaan juga akan terbiasa sih, si pemain Azumi sebenarnya juga imut, cuma karena tatapan matanya bisa dingin dan hangat sekaligus, tokoh ini menjadi sangat unik.
Kedua, gerakan perang atau battle samurai Kenshin masih kurang detail, kadang terlalu cepat, meskipun bagusnya tidak banyak gambaran sadis. Adapun Azumi, mampu memberikan tidak hanya kecepatan tetapi juga detail gerakan bela diri, serta taktik yang harus dilakukan dengan disiplin dan penuh pengorbanan. Meskipun akhirnya sad ending juga sih.
Pertama, film Kenshin aku sudah nonton versi kartunnya, sehingga ketika diperpendek menjadi sebuah film seperti banyak adegan dan cerita yang terpotong. Aktor yang memainkannya juga terlalu imut, meskipun lama kelamaan juga akan terbiasa sih, si pemain Azumi sebenarnya juga imut, cuma karena tatapan matanya bisa dingin dan hangat sekaligus, tokoh ini menjadi sangat unik.
Kedua, gerakan perang atau battle samurai Kenshin masih kurang detail, kadang terlalu cepat, meskipun bagusnya tidak banyak gambaran sadis. Adapun Azumi, mampu memberikan tidak hanya kecepatan tetapi juga detail gerakan bela diri, serta taktik yang harus dilakukan dengan disiplin dan penuh pengorbanan. Meskipun akhirnya sad ending juga sih.
Film kedua yang lebih ceria, komedi, dan ada animasinya adalah Anna
Enchanted. Di film ini pertama kali aku punya aktris favorit, cantik dan
semangat, Anna Hathaway. Dari filmnya ini, aku mulai mencari beberapa film yang
dia bintangi. Seperti Princess Diare, Princess Diare II, dan the Devil Wears
Prada. Hingga beberapa film terbarunya seperti Alice in Wonderland dan the
Intern. Film drama yang ia mainkan selalu memberikan pesan untuk selalu
semangat dan juga menghadapi segala persoalan dengan positif. Selain juga dia
selalu cocok untuk peran putri yang modern.
Adapun untuk film action, aku masih sangat menggemari the Matrix. Awalnya sih
bikin aku suka dengan Keanu Reaves, tapi lama-lama biasa aja hihihi. Awal nonton film ini nggak paham-paham amat,
paling yang aku perhatikan action dan juga animasinya yang keren. Secara ini
adalah film yang pertama kali menggunakan gaya slow move di bela dirinya atau
action scenenya kan.
Namun kemudian, ketika masa kuliah, aku menyadari bahwa film ini di dalam naskahnya banyak sekali mengungkapnya pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang makna “ada”. Tentang sebuah tujuan existensi, tentang mempertanyakan realitas dan juga tentang fenomena kenabian dan forecast di setiap tradisi kepercayaan. Berawal dari sini, aku mulai memperhatikan naskah sebagai salah satu pertimbangan bagus tidaknya sebuah film.
Namun kemudian, ketika masa kuliah, aku menyadari bahwa film ini di dalam naskahnya banyak sekali mengungkapnya pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang makna “ada”. Tentang sebuah tujuan existensi, tentang mempertanyakan realitas dan juga tentang fenomena kenabian dan forecast di setiap tradisi kepercayaan. Berawal dari sini, aku mulai memperhatikan naskah sebagai salah satu pertimbangan bagus tidaknya sebuah film.
Tentu saja masih banyak film lainnya yang tidak kalah bagus dari yang
kusebutkan di atas. Hanya saja memang beberapa film saja yang berkesan, eh itu
belum termasuk film bolywood yang melegenda sampai sekarang dari Kunch Kuch
Hota Hai, Mohabbatein sampai Har Dil Jo Pyar Karega. Hihihihi
Oke, itu sedikit ceritaku tentang film waktu aku masih remaja. Bagaimana
dengan film favoritmu?
BalasHapusBlog yang keren sekali sekali. Saya akan balik lagi untuk mwmbaca updatenya. Butuh motor area Tulungagung, kediri dan Trenggalek, hubungi kami. Bisa wa kami 081 559 795 985