Pantai Coro, Perjuangan Nan Berbuah Syurga Dunia...

00.55 Unknown 1 Comments

Pantai Coro di Tulungagung. kunjungan kami 25 Maret 2017.

Pagi ini di kantor aku masih ngantuk berat dan menulis penelitian menjadi semakin berat adanya. Oke menulis bagian tersulit dalam jurnal ilmiah memang susah untuk dimulai, seminggu ini tertunda karena aku tidak tahu bagaimana menulis bagian tersulit ini. Jadi sambil pemanasan nulis buat blog akuh ajah...

salah satu medan yang harus ditempuh
Kemarin habis jalan-jalan dengan suami ke Pantai Coro, akhir pekan bangunnya kesiangan sih dan agak malas-malasan, tapi setelah mengumpulkan segala daya dan nyawa bersama-sama dan membuat sarapan sederhana telor ceplok sambel tomat, kami pun cap cus bersepeda motor. 

Dengan hanya kecepatan 40 kilometer per jam, kami memilih untuk menikmati setiap pemandangan di sepanjang perjalanan ini, ... hayah.. padahal jalan yang akan kami lalui sudah pernah dilewati, karena arah ke Pantai Coro sama kog dengan arah ke Pantai Popoh atau Sidem yang pertama kali aku kunjungi ketika pindahan ke Tulungagung. Tapi, tetep aja... namanya liburan jadi harus dihayati,, hihihihi..

Karena hampir semua pemandangan tidak ada yang baru dan cuaca agak mendung aku agak terkantuk-kantuk, kami melewati langganan penjual madu yang kini sudah punya toko sendiri di sekitar Desa Boyolangu...sawah terbentang luas dan juga batok-batok kelapa incaranku untuk tanaman hidroponik di rumah, terus setelah 13 kilometer dari perempatan Tamanan ke selatan kami memasuki Desa Gamping sentra untuk kerajinan marmer di Tulungagung, pertama-pertama kami mencari Sapi dari marmer yang bwesar yang kami lihat dulu-dulu... daaaaaaannn sudah tidak ditemukan lagi, hanya ada kerbau,, kuda.. dan.. apa ya lupa.

hutan jatinya nih,,, seger kaaann

Dengan bla bla bla bla sebelumnya, akhirnya sampai di wilayah pantai Popoh, masuk bayar tiket 15.000 untuk dua orang masing-masingnya @ 7.000 dan parkir motor 1.000. setelah itu kami menuju ke pantai Coro, sepeda diparkir di RetjoPentung Sewu,,, dan mulailah perjalanan pendakian kami menuju syurga...  hehehe..

kalau ada tanda ini berarti sudah dekat....

Nah, sebelumnya harus tahu dulu, bahwa Panta Coro ini berada di teluk kecil nan diapit oleh banyak karang dan tebing tinggi di antara pegunungan pantai selatan, So.. sadar aja perjalanan yang akan dilalui tidak akan mudah. 

Tapi bayanganku sebelumnya melihat di peta melalui google, medan yang akan ditempuh kupikir hanya berupa ladang...... Then, kenyataannya adalah dari sungai hutan dan juga gunung hahahahahahaha.... pantesan baru 50 meter kami jalan, sudah berpapasan sama anak-anak SMA. ...... dan sampai di lokasi,, yang berlibur ke situ ,, masih unyu2 semua... dan hatiku pun bertanya-tanya apakah aku sudah tidak muda lagi untuk melakukan perjalanan ini..... hahaha

Oke,,, pertama kalian akan menemui jalan menurun dari tempat parkir ke arah perkampungan, ingat nanti ada jalan jelek ke selatan, itu yang harus ditempuh, bukan lurus mengikuti jalan bagus. Sekali lagi ingat ya kita akan ke gunung ... bukan lewat jalan beraspal nan lancar... seperti selalu ingat bahwa kehidupan ini tidaklah mudah seperti jalan tol. Upz. Halah.. 20 meter dari jalan itu ada pertigaan lagi yang ditandai dengan aliran sungai kecil, terbagi menjadi dua sumber, yakni air bersih dari gunung dan air kotor dari perkampungan, ... sedangkan dua cabang jalan itu, satu untuk pengguna motor trail dan yang satu untuk jalan setapak. 

Jangan salah, di sini ada juga yang pakai sepeda motor trail meskipun sangat mengerikan mengendarai itu dengan kondisi medan yang super menantang ini. Bahkan, roda sepeda motor mereka pun harus dirantai lagi dengan besi agar gigit itu tanah licin naik naik...
sebelum pasir mengenai air laut ada batu ini pemisahnya

Setelah melewati aliran air tadi,akan melewati tanah liat licin yang oleh penduduk diletakkan bambu akan lebih mudah dilewati, kemudian sampai pada hutan pohon jati. 

Hutan ini rimbun dan akan cukup panjang ditemani dengan ayam-ayam kecil hutan dan suara burung nyaring, udah mirip perjalanan mau ke air terjun di gunung-gunung gitu... oke... di tengah perjalanan melewati hutan pohon jati akan ada penjaga tiket,,, satuanya 5.000 per orang. Tapi karena kami keliatan tua dan suami bayarnya pakai uang 100.000 dikembaliin 80.000 deh.. haddehhh.. males bangetz kan, suami juga nggaya,,, pakai uang gedhe,

Setelah hutan, medan yang tersulit adalah turunan (yang artinya kalau pulang akan jadi tanjakan) hampir sepanjang 10 meter dengan kemiringan hampir lebih dari 45 derajat. 

So, kalean kalean harus berhati-hati yak,,,, apalagi yang seumuran dengan gueeeehhh... dan tanah yang diinjak pun juga cukup licin, untungnya ada batu-batu cadas, meskipun tidak ada tempat untuk pegangan, hanya tanaman sebesar ciplukan,,, hehe.. kemudian ada lagi jalan yang akan mendaki, ,, sampai di situ suara air laut yang menghantam tebing terdengar sangat keraaaaass... dan begitu juga dengan aroma laut,,, ,,, asin.. hehehe... jangan terlena dulu.. perjalanan masih 400 meter sampai ke pantai.
Medan berikutnya perpaduan antara hutan dan tebing tanah liat beserta tanaman pelengkap hutan lainnya, karena ini setapak, nggak bisa buat dua orang beriringan, sekali kepleset bisa terperosok. So hati2 yeah.... di beberapa sudutnya kamu sudah bisa melihat pantai Coro nan elok dan indah dengan pasir putihnya kog...


Taaaaaraaaaaaaaaa..... akhirnya kami sampai juga setelah perjuangan yang panjang,,, langsung lepas sandal dan mencak-mencak deh di atas pasir putih.... rasanya hangaaaaaattt pasirnya, bahkan ada yang panas juga, jadi harus menahan deh.. tapi lembut di kaki.

Pantai ini terletak di cekungan kecil antara beberapa tebing tinggi, mungkin karena perjalanan yang sulit itu, maka tidak banyak pengunjung, selain kami, hanya ada tiga anak muda lain yang mainan di bawah pohon, ... dan hanya ada dua pedangan nan sudah tua itu pun berjauhan lokasinya. Ada beberapa gubug bekas warung yang tidak terpakai sehingga bisa digunakan untuk tempat kami istirahat dan meletakkan jajanan. Karena masih capek,,, kami leyeh2 dulu.. sebelum berkeliling...

Kami berangkat dari rumah jam setengah 12 siang, sampai lokasi sekitar jam 2 ... matahari tidak terlalu terik, karena memang sedang mendung, untungnya pantai ini juga ada batu karang cokelat lembut dan sela-selanya ada rumput laut sehingga air nampak hijau segar, dengan kamera hape yang seadanya aja tetep bagus di foto.

Hanya saja mendung membuat warna laut tidak sebiru langit di saat sedang cerah. Tebing-tebing itu ditinggali kepiting dengan warna sama dengan tebing yang mempunyai kecepatan lari seperti kilat... whuuiiinng... pas mendekat karang kami pikir itu batu ternyata tumpukan kepiting... karena mereka kaget dengan kedatangan manusia... langsung deh bubar formasi dan lari menghilang di bawah laut....
Aaahhhh.... duduk-duduk manis melihat laut dan mendengar deburan ombaknya membayangkan betapa indahnya punya rumah dengan balkon pemandangan ini.... menelusuri pantai sambil memandang jauh ke laut lepas dan semburan ombak yang di antara tebih membuat pantai ini eksotis. Sudah sudah sudah.... adegan setelahnya disensor yak...
See you di ceritaku selanjutnya....           


You Might Also Like

1 komentar: