Budaya Cina dalam Kultur Masyarakat Jawa-Cina Tulungagung

00.38 Unknown 1 Comments

dari kiri dikenal dengan Kong F Tse ,, tengah, saya lupa, dan ketiga dikenal dengan pendiri Touisme.














Hampir di setiap kota di Indonesia saat ini akan ditemukan satu dua atau lebih klenteng atau bangunan umat beribadah masyarakat Cina. Mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun dari nenek moyang hingga saat ini menjadi bagian dari Indonesia. Akan sangat menyenangkan jika sejak dini mahasiswa mengenal masyarakat yang beragam dari lingkungan mereka sendiri. Sebenarnya, tidak lah baru untuk mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung berkunjung ke beberapa rumah ibadah. Tradisi ini sudah lama dirintis oleh HMJ, bahkan mereka membuat paguyuban anak muda antar iman.

Nah, semester ganjil kemarin saya mengajar kelas Perbandingan Agama di jurusan tersebut. Maka, aku usahakan untuk melakukan kunjungan dan mulai membangun hubungan ke salah satu Klenteng di Tulungagung. Klenteng ini terletak di pinggiran jalan besar sehingga mudah sekali ditemukan. Nama Klentengnya adalah Tjoe Tik Kiong, terletak di Jalan Wage Rudolf Supratman No. 10 Kelurahan Kampungdalem, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten Tulungagung. Jalur bus dari Tulungagung ke arah Surabaya akan melewati klenteng ini, letaknya juga berdekatan dengan hotel yang cukup besar, yakni Hotel Bharata.

narasumber atau Guru di Klenteng menjelaskan kepada mahasiswa tentang beberapa simbol,

Untuk dapat berkunjung ke klenteng ini, saya menghubungi pengurus dan merencanakan kedatangan mahasiswa. Secara sangat baik, pengurus dan keluarga besar klenteng menyambut kedatangan mahasiswa dan langsung diajak untuk berkeliling. Berbeda dengan sebagian besar masyarakat yang menilai bahwa warga cina adalah beragama Kong Hu Chu, namun perlu diketahui bahwa terdapat banyak sekali varian kepercayaan dan keyakinan masyarakat cina, namun yang paling mudah dikenali adalah dengan melalui budayanya, seperti simbol dan ragam keseniannya. Seperti juga klenteng ini, tidak hanya untuk penganut Kong Hu Chu, seperti juga budaya masyarakat Cina untuk menghormati nenek moyang dan dewa-dewi yang dipercaya memberikan berkah dan doa kepada kehidupan mereka. 

Ada juga dari pengguna klenteng yang memiliki keyakinan Buddha Matrayana, salah satu dari varian Budhisme yang mengenal tokoh Buddha Matrayana. Nah, sampai di sini ceritanya sangat panjang, perlu belajar lagi untuk menjalskan berapa banyak varian tradisi keagamaan dalam agama Buddha. Khusus untuk Kong Hu Chu juga memiliki altar di klenteng ini. So, sungguh benar-benar tidak ada yang seragam atau tunggal bahkan pada satu rumpun budaya sekali pun, tidak hanya pada Islam, Jawa atau identitas lainnya.
salah satu pahatan atau relief di dinding klenteng adalah cerita tentang 36 Buddha

Oke, dalam gedung Klenteng yang tampak kecil dari luar ini, sebenarnya terdapat banyak ruangan dan luas dan penuh dengan simbol dan ajaran budaya Cina. Dari Halaman Paving, itu sebelah selatan adalah aula besar yang biasanya digunakan untuk acara-acara bersama, kemudian ada ruang pertemuan, dan ruang pengurus, kemudian lokasi peribadatan.

Untuk masuk ke dalam klenteng, yang ingin berdoa harus cuci tangan dan berdoa (dengan bahasa cina tentunya... ) dan terdapat pendeta yang akan membunyikan semacam mangkuk dari kayu dan besi yang dibunyikan berturut-turut dan nyaring. Kemudian, orang tersebut akan mengambil dupa untuk dipersembahkan dahulu kepada Thian, atau Tuhan yang Maha Esa, altarnya terletak di paling depan klentang, akan terlihat dari luar klenteng, yakni berupa gentong besar berwarna emas dan ditanamkan di situ dupanya, diapit dengan beberapa lilin raksasa berwarna merah. Orang tersebut akan melakukan sujud sebanyak tiga kali berturut-turut, dalam rangka membersihkan hati.
altar untuk penganut Kong Hu Chu

Kemudian, orang tersebut menuju kepada dewa yang berada di Klenteng Tjoe Tik Kiong dikenal dengan Mak Co Thian Siang Seng Bo merupakan Dewi Laut,. Dewi ini memiliki banyak cerita yang dirasakan langsung oleh masyarakat Tulungagung, salah satu dari narasumber, menceritakan bahwa terdapat seorang nelayan yang hampir mati tenggelam karena badai yang menerpa kapalnya, kemudian melihat sosok perempuan dan menyelamatkannya, hingga ia menemukan bahwa sosok tersebut berada dalam Klenteng Hok Tek Tjeng Sien sebagai seorang Dewi Pelindung.

Di ruangan yang sama, juga terdapat Dewa Hok Tek Tjeng Sien (Dewi Bumi) dan Ka Lam Ya. Ka Lam Ya adalah salah satu ‘malaikat pintu’ versi Buddha yang sering digambar (berpakaian perang lengkap dengan membawa kampak sebagai senjatanya) di daun pintu bersama-sama Wie Tho (berpakaian perang dengan membawa gada penakluk iblis), sebagai pelindung bangunan-bangunan suci atau klenteng.

Di dinding ruangan ini terdapat lukisan yang seperti pahatan, dan juga perlengkapan persembahyanngan lainnya, seperti lemari yang menyimpan catatan berdoa (ramal) khas budaya Cina, seperti menggunakan bidak kecil dua dari kayu sama persis dan dilempar bersamaan setelah berdoa. Kedua bidak itu akan merujuk pada jawaban dewa terhadap pertanyaan umat manusia. Selain itu, juga ada metode bertanya dengan beberapa bilah kecil bambu yang sudah dinomeri (menggunakan nomor cina tentunya), sehingga orang berdoa bisa menggoyang tempat bilah dengan pelan-pelan hingga terdapat satu dari banyak bilah tersebut jatuh. Nah, angka yang berada pada bilah akan tertuju pada lemari catatan doa, dan akan dibacakan oleh pendeta, mau mencoba?

Kemudian lagi, masuk ke ruanga di balik ruang pertama tadi, terdapat ruang untuk persembahyangan  kepada Kwan She Im Pho sat (Dewi Welas Asih), Kong Tek Cun Ong (Raja Mulia yang memberi berkah berlimpah), dan Co Su Kong (Dewa yang berwajah hitam dari Cadas Air Jernih). Di ruang yang sama itu juga terdapat persembahyangan untuk umat tridharma, yakni terdapat Kong Hu Chu, Tao, dan juga Buddha Matrayana. Ruangan ini lebih terang dan pencahayaa yang baik, dicat putih berbeda dengan ruang sebelumnya yang hampir semua ornamen berwarna merah dan emas. Ruang ketiga adalah untuk peribadatan umat Buddha, ruangannya sangat luas dan tenang.


altar di ruang ketiga

Kunjungan ini juga dilengkapi dengan dialog dan saling bertukar cerita dan ramah tamah, semoga para mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara pandang mereka tentang Indonesia, selain itu juga saya sangat berterima kasih kepada pengurus yang memberi banyak sekali pengatahuan, persahabatan dan keramahan. Semoga ada kesempatan lagi untuk berkunjung dan bersilaturahmi. 

1 komentar:

Menyulam untuk Dekorasi di Dinding, mengisi Akhir Pekan.

02.17 Unknown 1 Comments



Akhir pekan suami nglembur mengerjakan tugas kantor yang dibawa pulang, nah lo bingung deh akunya, setelah sehari sebelumnya aku selesaikan semua pekerjaan rumah, agar akhir pekanku berakhir bahagia. But, its oke, tibas-tiba aku ingin melakukan sesuatu yang sudah lama tidak sempat tergarap, yakni menyulam. Karena aku masih belajar dan tidak semua teknik menyulam aku bisa, jadi aku hanya menggunakan satu teknik, hanya aku agak ambisius ingin mealam satu lembar membuat yang banyak dalam satu lembar kain utuh.


Menyulam sebagian orang dibilang sulit, tapi menurutku karena bukan sulitnya tapi butuh waktu dan konsentrasi lebih banyak. Awalnya, karena aku suka buat bunga-bunga dari pita, dan mencoba search di google dengan keyword ribbon art, eh yang banyak keluar ribbon embroidary, langsung cap cus aja aku download deh beberapa tutorialnya. Memang banyak tekniknya, sedangkan teknik yang saya gunakan adalah teknik yang paling gampang, pertama masukin pita ke dalam jarum khusus untuk menyulam dengan ukuran yang paling besar. Kemudian bikin jahitan seperti biasa, masukkan jarum dari arah bawah kain, gunakan lingkaran dari bambu itu untuk membuat sulaman, namanya apa ya,,, nggak tahu aku, aku beli yang ukuran gedhe mungkin 30 cm dimaternya.

Jarum dari bawah kain ditarik dari atas dan dimasukkan lagi hingga membuat seperti garis kecil sepanjang satu senti meter, garis pita. Nah, ini gaya yang paling simpel, tinggal membuat seperti apa, bunga dengan teknik seperti itu dengan berpusat dititik tengah lingkaran. Jadi biasnya aku bikin dulu deh lingkaran kecil di tengah, kemudian lingkaran lebih besar di luarnya. Seperti lingkatan dalam lingkaran, nah bikin sulamannya itu dari garis lingkaran kecil ke lingkaran besar, begitu seterusnya, sampai habis. Nah tengahnya yang bolong, menggunakan teknik knots, alias bikin titik menggunakan pita pakai jarum tentunya, keliatannya sangat sederhana, tapi sumpah aku nggak bisa bikin french knot, akhirnya kadang aku bikin cara yang sederhana seperti di atasn, satu garis pita kecil berjajar.

Permainan warna juga penting, gunakan warna yang terang dan gelap secara bergantian. Pada pembuatan sulamanku yang terakhir, karena warna yang kuambil terang semua, jadinya tidak nampak sama sekali dengan baik di kain yang warnanya putih pula. Dan upayakan memenuhi lembaran kain dalam bulatan bambumu. Caraku ini memang tidak dapat dipakai untuk menyulam jilbab atau pakaian, karena aku menggunakannya hanya itu membuat hiasan dinding menggunakan sulaman kain seperti ini. Apalagi aku menggunakan pita dengan ukuran besar, misalnya pita dengan lebar 2,5 cm, atau paling kecil yang setengah sentimeter.



Kemudian, kalau memilih kain untuk sulaman yang menggunakan pita yang gedhe, gunakan kain yang cukup tebal dan kuat, tentu saja karena dia akan ditusuk-tusuk dengan jarum yang besar dan pita yang tidak kalah berat untuk ditarik, kalau kainnya seratnya sangat lemah bisa gampang hancur. Berbeda jika pita yang digunakan kecil, sangat kecil mungkin sekitar dua tiga mili, mungkin bisa bertahan kainnya, jangan sekali-kali gunakan pita ukuran satu sampai dua sentimeter untuk kain rapuh. Sengaja aku ke toko kain untuk mencari kain yang cukup kuat, ketemulah kain katun paris, aku beli kiloan waktu itu sekitar 30.000 dapat satu setengah meter. Warna abu-abu. Jadi cukup pas untuk menjadi warna dasar sulamanku.



Apalagi yang tentang menyulam, owh ya,,, ketika menyulam berhati-hati ya ketika memasukkan jarum ke kain, jangan sampai jarumnya melewati pita yang sudah terjalin di bawahnya, karena akan sangat berat di jahit, aku pernah menyulam tas, saking beratnya aku tarik pakai tang, hehehe,,,, efek samping menyulam dengan pita besar adalah tangan kanan pegel karena harus menariknya dengan kuat.

So, selamat mencobanya,,,, semangat!!

1 komentar:

Musium Angkut, Siap-siap Melewati Ruang dan Waktu!!!!

21.39 Unknown 1 Comments

Oke,,, ini hanya salah satu sudut di Musium Angkut, keren bangetz kan, coba cari dimana aku... 

Liputan tentang Musium Angkut, pasti sudah banyak bangetzzzz. Nah, apa yang saya tulis ini hanya bagian dari pengalaman pribadi aja sama suami. Jadi tidak akan membahas terlalu banyak. Secara lokasi tempat wisata ini memang sudah sangat terkenal seantero bumi, halah!!

Liburan di wilayah Kota Batu Malang, memang harus ekstra sabar, karena memang pengunjung akan membludak, apalagi kami datang saat liburan akhir tahun, maka akan ada banyak acara untuk tahun baru untuk merayakannya. Akibatnya, di sana sini sangat macet total, siap2 liburan di dalam mobil ye, belum lagi penginapan, memang tidak bisa mendadak, anda harus jauh-jauh hari segera booking hotel maksimal 2 minggu sebelum pemberangkatan, atau anda akan ketemu orang2 yang siap menawarkan kamar jelek tak terkira dengan harga 500 ribu per malam.

Dan sekali lagi, kami hanya punya sehari untuk liburan di batu, jadi waktu kami sangat sempit, sebelum ke malang untuk akhir liburan diisi dengan hunting buku. Jadi kami memutuskan hanya di musium tubuh dan musium angkut. Kalau harus ke jatim park, suami tidak setuju karena mehong tiketnya kwkwkwkw,,,

Oke. Untuk musium angkut,,,

Awal-awal sih memang biasa saja, harga tiket untuk musium angkut ketika liburan sekitar 100 ribu per orang. Lokasinya musim ini di pojokan, dan dari luar terlihat tidak terlalu besar, sehinggga aku berpikirnya bahwa untuk musium tiket harga segitu mahal juga yaaa... hehehe tapi setelah mengalami sendiri masuk ke musium angkut... ala mak jaaaaaaannnngggg serasa nggak selesai-selesai masuk dari lorong ke lorong dari dunia ke dunia melalui sudut pandang alat transportasi dari beragam masa dan tak terbatas dengan hampir semua lokasi di dunia ini... maka siap-siap dengan kaki anda.
Oke, musim angkut terbagi menjadi banyak bagian, dari hanya pameran otomotif sampai pameran yang disesuaikan dengan konteks lokasinya secara nasional dan internasional. Saya dan suami pun dengan tenang (secara kan ta pikir nggak akan lama, seperti musium biasanya) memperhatikan tiap kendaraan.

Dari pintu masuk akan disuguhkan beberapa mobil dan sepeda ontel, ada juga delman kraton lo... ada mobilnya Ir Soekarno presiden pertama kita begitu juga dengan helicopternya. Nggak sabar pokoknya tiap sudut itu mau foto ini mau foto itu, begitu juga ada sepeda ontel bermesin pertama. Kemudian, di lantai dua, akan disguhi beberapa transportasi tradisional dari cikar alias andong, gerobag, hingga cano atau semacam perahu dari kayu utuh.

Ada juga lokasi yang cukup besar untuk pesawat dan ruang terbuka untuk permainan heli-heli nan yang bisa digunakan untuk anak-anak dan keluarga. Keluar dari wilayah ini, siap-siap disuguhkan stage yang lebih spektakuler. Lokasi dibuat sedemikian rupa indahnya untuk dijadikan spot seakan-akan anda di luar negeri. Plus dengan mobil2nya yang beredar di jalan.

Di hari minggu, ada festival superhero, jadi di jalan Broadway akan muncul tuh pahlawan2 film yang sering kita tonton dan sangat populer, seperti Captain Amerika dan istriny (beneran istri atau pacarnya yah.. auah gelap!),, ada juga Batman ada Iron Man juga,,, ini yang paling keren. Ada juga yang pakai kostum Avatar, Cuma warnanya bukan biru tapi kuning, dia berani berdiri di atas kursi eh maksudnya di atas mobil.,, tepatnya moncong mobil. Nah, para super hero ini akan mengajak para berkunjung untuk berdisco ria. Sampai aku lupa harus melanjutkan perjalanan.

Yang lebih spektakuler adalah ketika masuk ke London. Benar-benar seperti di depan Istana Birmingham eeeyyy... (bener nggak ya nama istanya...) gimana ya ,, harus pakai foto kalau menjelaskan, tapi nanti lah. Ada juga Jerman, Paris... owh ya di Paris ada cafenya, tempatnya memang dibuat seromantis mungkin. Hehehe ada miniatur eifelnya, di cafe harga kopinya nggak mahal, hanya sekitar 7 sampai 15 ribuan,,, es krimnya juga enak, hanya 6 ribuan, plus pop corn 10 ribuan. Hehehehe bisa buat tempat istirahat sejenak setelah melancong dari Broadway.

Perjalanan masih panjang, kalau ditulis satu per satu di sini bisa berlembar-lembar, kalian aja yang main ke sana... hehehe, biar merasakan sendiri pintu ajaibnya Doraemon. Bisa keliling dunia hanya dengan melangkahkan kaki.

Sampai di ujung nanti, perpisahan dengan musium angkutnya, anda akan memasuki gerbong kereta api yang dibuat benar-benar seperti bergerak itu bendanya. Kemudian, akan melewati beberapa toko yang dipersiapakan, namanya pasar apung, menyediakan beragam cendera mata khas Batu dan Malang, atau Jawa Timur, kemudian disusul dengan restauran dan warung2 untuk memanjakan perut anda yang sudah super keroncongan setelah perjalanan. Kami menghabiskan keliling2 di musium ini,, dari jam 1 siang sampai jam 6 malam lo guuuyyssss... lama bangetzzz kan.

Owh ya, jangan lupa sebelum ke pintu keluar, mampir ke Musium Topeng, ada banyak topeng tentunya, khas tradisi Indonesia dari berbagai suku bangsa yang hidup di dalamnya, dan juga yang membuatku sangat tertarik adalah ada quran pada masa Islam kuno di Indonesia. Keterangannya sih pada masa walisongo,,, hmmm,, jane aku makin penasaran, tapi mata dan kaki sudah lelah untuk memperhatikan.


So,, selamat jelong-jelong dan merasakan keajaiban musium angkut yah...

1 komentar:

Ranu Gumbolo Tulungagung, Pojokan Danau yang Mengundang Ratusan Pengunjung

20.38 Unknown 1 Comments

foto ini diambil di atas pohon lo... cheerss dulu dong..

Siapa yang tidak kenal Ranu Gombo di Tulungagung, meskipun nama ini mengambil dari suatu tempat di Gunung Semeru, Ranu Kumbolo. Tapi, keindahannya tidak kalah eeeuyyy... bikin kita langsung melenggang bahagia di antara pepohonan, indahnya air jernih nan mempesona dengan terpaan cahaya matahari dan udara sejuk yang menyegarkan. Meskipun begitu, jangan datang ke situ di akhir pekan, waaaah hutan itu akan berubah menjadi tumpukan manusia di setiap sudut batang pohon, belum lagi parkirnyaaa ala mak janggg.... belum liburan sudah klepek2 duluaaaan.

Kalau anda search di google dengan keyword Ranu Gumbolo akan ditemukan banyak bangetz reviewnya, so dalam reviewku ini akan aku tambah beberapa lokasi dekat Ranu Gumbolo yang tidak kalag bagus dan tenang untuk meringankan beban hidup kita alaaaahhh..... hihihi. Nah, Ranu Gumbolo ini terletak di kawasan dengan Waduk Wonorejo tepatnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Jika dari pusat Kota Tulungagung berjarak sekitar 24 km. Kalau dari kota ambil arah ke Pasar Ngemplak, masih ingat kan pasar yang jualan sayuran sepanjang masa, eh maksudnya sepanjang hari. Dari situ ke arah perempatan Cuwiri,, lurus aja dah arah R-Radio atau wilayah serabah, di sepanjang jalan ini, cukup pendek, tapi jangan salah pemandangan kanan kirinya, anda akan dimanjakan dengan banyak sekali sawah-sawah membentang terasering yang hanya anda di buku pelajaran anak anda mengingat soal yang diberikan waktu SD, abagaimana cara mencegah longsor di tanah yang miring? Yaitu dengan sibuat terasering. Hehehehe...

Oke, lanjut perjalanannnya, ikuti jalan tersebut, dan jangan lupa kalau sudah sampai ujung jalan atau pertigaan ambil kiri, dan juga beberapa meter dari situ ada jalan yang menurun belok kanan, terus menurun, kalau pakai google map akan lebih mudah lagi, secara sudah banyak yang menandai.
Kalau sedang musim hujan, tebing-tebing sebelum Ranu Gumbolo akan mengeluarkan air, sehingga jalan agak licin, so hati2 yach, anda juga akan melewati jembatan, kalau diperhatikan air deras akan mengalir, tapi kalau harus turun ke situ, waaaahh aku agak nggak berani. Hihihi...

Oke, langsung cap cuzzz, di Ranu Gombolo, jadi anda wahai para pengunjung, pertama, dapat segera cari lokasi buat gelar tikar, dan menyiapkan makanan yang dibawa, hehehe terus, ada juga layanan turun ke danau menggunakan bebek-bebekan, ada juga pohon yang sudah diberi tempat duduk2, buat spot foto,, dan masih banyak lagi, kalau anda sedang beruntung, anda juga akan menemukan banyak pasangan calon pengantin yang mau pre wed, cukup laris lo lokasi ini...
salah satu secret spot ... hanya kamu yang ta kasih tahu.

Nah, pertama kami, aku dan keluarga ke ranu gumbolo, sayangnya sangat penuh, dan tidak ada lokasi nyaman buat nongkrong, makanya sekali lagi, kalau ada waktu selain akhir pekan, segeralah ke sini, hihihi.....

Akhirnya, kami memutuskan untuk melepaskan Ranu Gumbo dan mencari spot2 yang tidak kalah kerennya dan tentu saja belum terlalu populer.


Lokasi, pertama yang kami temukan adalah grojogan. Hehehe,,, grojogan atau air terjun ini tidak terlalu tinggi, sebenarnya grojogan seperti ini juga dapat dengan mudah ditemukan di beberapa titik di daerah ini. Sebelah grojogan itu dialiri sungai yang oleh masyarakat sekitar dimanfaatkan untuk tambang batu dan pasir, jadi wajar saja kalau beberapa truk lalu lalang, aneh juga sih liburan ditemanin dengan beberapa orang yang bekerja di sungai. Tapi ya ammpunn itu lokasi memang adem bangetz. Dan hanya masyarakat lokal aja yang tahu, karena nyempil. Dan lagi nggak ada namanya.

Lokasi kedua adalah di bendungan kecil. Di pintu air sungai tepatnya, lokasi biasa, tapi mayan buat spot foto.

Lokasi ketiga adalah hutan mini buat track sepeda motor extrem, aku tidak tahu namanya, tapi okelah lokasinya. Ada banyak pohon menjulang tinggi, dia berada di sisi jalan biasa, jadi bisa langsung parkir dah itu motor. Kemudian, anda bisa memulai dengan menggelar tikar dan membaca buku, sudah seperti di negera pohon maple. Hehehe...


Untuk menuju ketiga lokasi tersebut, dari Ranu Gumbolo kembali ke pertigaan ujung jalan dimana dari serabag sampai pangkal pertigaan. Nah.. kalau pulang dari Ranu Gumbolo itu belok kanan, maka kamu lurus aja. Ikuti jalan itu aja.. maka lokasi2 itu akan terlewati.



Nah, itu sedikit tentang Ranu Gumbolo dan lokasi rahasia lainnya. Ayo main ke Tulungagung. 

1 komentar:

Membuat Rencana Pembelajaran Matkul Filsafat Agama

23.41 Unknown 1 Comments

Semester sebelumnya saya mengajar dan diminta membuat RPS, itu pertama kalinya saya mengerjalan. Ini pun ketika saya memulai kembali membuat RPS Filsafat Agama, saya seperti pertama kali menyusunnya.

Mahasiswa dari beberapa Universitas adal New Zealand mengunjungi salah satu wihara di Indonesia, tepatnya di Wihara Mendut Magelang

Hal-hal yang harus saya pertimbangkan ketika harus membuat silabus pembelajaran, adalah menyusun diskripsi mata kuliah. Diskripsi ini akan sangat penting untuk membantu saya memfokuskan apa yang saya ajarkan di kelas tersebut, secara khusus. Sebenarnya, banyak sekali silabus yang sudah ada, termasuk salah satunya silabus yang disusun oleh fakultas pada tahun 2013, seperti berikut:
1.       Mengetahui konsep umum tentang filsafat agama
2.       Perkembanan konsep-konsep ketuhanan
-          Dinamisme dan animisme
-          Politeisme
-          Henoteisme
-          Monoteisme
3.       Aliran-aliran dalam konsep ketuhanan
-          Teisme
-          Deisme
-          Panteisme
-          Panenteisme
4.       Berbagai bentuk keraguan dan penolakan terhadap agama
-          Empirisme
-          Positivisme
-          Matereliasime
-          freudianisme
5.       Akar keraguan terhadap agama
-          Naturalisme
-          Humanisme
-          Exsistensialis
-          Problem kejahatan
6.       Argumen-argumen tentang wujud Tuhan.
-          Ontologis
-          Kosmologis
-          Teleologis
-          Moral

Sumber:
1.       Harus nasution Filsafat Agama
2.       Rasyidi Filsafat Agama
3.       Iqbal the reconstruction religious thoughts in Islam

Silabus tersebut, sangat berbeda jika aku bandingkan dengan silabus yang banyak digunakan di beberapa college di luar negeri. Beberapa pendidikan di luar negeri memiliki keunikan dalam memahami mata kuliah ini, karena mereka memiliki fokus dan pertanyaan yang lebih spesifik yang ingin dijawab dalam kelas tersebut, seperti pertanyaan tentang apa hubungan percaya dengan tuhan dan rasionalitas, kemudian jika memang Tuhan berkuasa atas segalanya mengapa ada setan? Dan banyak lagi perkembangan filsafat agama khususnya yang berkembang di Cina.

Filsafat agama adalah mata kuliah wajib di perguruan tinggi islam, khususnya fakultas ushuluddin. Dan saya diminta mengajar mata kuliah ini untuk jurusan Tasawuf Psikoterapi, dan saya bingung akan saya fokuskan ke mana kelas ini. Hal yang saya agak tidak nyaman dengan silabus tersebut adalah tentang sudut pandang kebenaran tunggal yang ditawarkan dalam menjelaskan konsep-konsep ketuhanan. Kemunculan konsep-konsep politeisme, dinamisme, dan animise dilihat engan sudut pandang kebenaran agama mononataisme, khususnya Islam. Tentu saja, perkembangan ilmu pengetahuan saat ini secara lebih baik mulai menyadari bahwa keberagaman terhadap pemaknaan terhadap Tuhan atau kekuatan di luar manusia sangatlah tidak bisa diadili begitu saja.

Hal lainnnya mengapa, saya tidak terlalu suka dengan silabus yang sudah disusun sebagaimana saya sebutkan di atas, karena saya lebih menyukai kelas yang dinamis dari pada sekedar mengetahui konsep-konsep tersebut. Kelas yang kritis sehingga mahasiswa dapat menggunakan salah satu sudut pandang ini untuk digunakan dalam perspektif kehidupannya sehari-hari. Untuk mendapatkan itu, apa yang harus saya lakukan dan kumpulkan?

Oke, saya harus fokus apa yang saya harapkan kepada mahasiswa ketika memasuki kelas saya.
Pertama, saya ingin mereka berpikir secara kritis, mengapa mereka beragama? Mengapa manusia harus beragama? Apa yang mereka harapkan dari agama? Apakah manusia dapat hidup tanpa agama? Bagaimana manusia terus berkembang tentang bagaimana cara mereka beragama.
Kedua, bagaimana agama terbentuk dan keragaman yang ada di dalamnya, tentang bagaimana pandangan umat manusia tentang Tuhan, apakah sama? Apakah berbeda? Apakah mempengaruhi perilaku manusia terhadap kepercayaannya terhadap Tuhan.

Ketiga, sebagai seorang akademisi, mengapa agama adalah sudut pandang yang menawarkan irasionalitas, secara segala kebenarannya tidak bisa diterima oleh secara empiris sebagaimana ditawarkan oleh ilmu pengetahuan. Bagaimana IAIN ini bisa terbentuk dan memiliki paradigma sendiri, dan apakah dapat dipertanggungjawabkan secara empiris.  Apa hubungan agama dengan ilmu pengetahuan yang keduanya memiliki perspektif sendiri tentang bagaimana kebenaran dan cara mendapatkannya.

Dan mungkin jika diteruskan akan lebih banyak lagi. Setidaknya aku akan fokus di tiga pertanyaan tersebut. Sekarang, saya berpikir bagaimana ketiga hal tersebut dapat dipahami dan dikritisi oleh mahasiswa dengan kelas yang asyik dan bahagia, secara biasanya kalau mendengar kata ‘filsafat’ maka mahasiswa akan sudah merasa di dunia antah berantah.


Dan,,, hasilnyaaa aku kesulitan menyusun sub materiku... kwkwkwkwkw...  semangat!! Akan aku share nanti yaacch..... 

1 komentar:

aku dan Ibu-ibu Masyarakat Kendeng

20.16 Unknown 1 Comments

Pagi ini saya merasa sangat terharu dan ingin menangis, maaf lebay, kadang memang saya berlebihan cengengnya. Setiap kali saya melihat berita dan informasi yang mengungkit tentang eksploitasi manusia terhadap bumi apa pun alasannya, saya benar-benar tidak mengerti mengapa harus demikian. Kasus Kendeng, piye ora mbuka atine wong sak jagad, betapa seorang petani dengan bangga menyatakan hidupnya bahagia dan sejahtera lebih dari apapun (dalam ungkapan Gunretno, koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), pada acara MetroTV 21 Desember 2016 )  lebih dari beragam bentuk modernisasi dan harapan akan ‘kehidupan yang lebih baik’ yang ditawarkan oleh pabrik semen. Ungkapan tersebut diberikan untuk meyakinkan kepada manusia modern lainnya bahwa menjadi petani bukanlah sesuatu yang disesali dan merasa bentuk kesejahteraan lain yang ditopang oleh hasil-hasil modernisasi dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia.

Manusia terus mengalami dilema, jika memang itu yang terjadi, antara memenuhi kebutuhannya dan lingkungan di sekitarnya yang harus dijaga. Saya sendiri juga bertanya-tanya, jika saya tidak setuju dengan pembukaan pabrik semen di suatu tempat, tapi bagaimana mungkin jika saya sendiri dan jutaan orang lain di Indonesia membutuhkan semen, untuk membangun rumah-rumah, bangunan pendidikan, masjid,, dan semua ‘pembungunan’ yang akan terus bertambah tiap hari, tiap menit, tiap detik,,, dan sepanjang ‘kehidupan yang lebih baik’ terus dituntut dan diukur dalam sebuah bangunan. Menteri BUMN telah menegaskan bagaimana mungkin proyek yang sudah digulirkan dana sebanyak 5 triliun harus berhenti, tentu saja bahwa semen itu akan sangat bermantaan untuk ‘pembangunan’ Indonesia.

Kita sebagai manusia modern, terkadang tidak menyadari betapa kehidupan yang berlangsung di sekitar sangat tergantung gunung yang terletak jauh di bangunan rumahnya dan hanya dilihat di lukisan yang menggantung di kamarnya. Kita menginjak keramik dan aspal ketika berjalan, tanah hanya bagian dari kotor yang akan merusak suasana hari Anda. Segala yang diharapkan adalah kemudahan dan kenyamanan. Bahkan, bentuk perumahan, perkantoran dan taman sekalipun berlomba-lomba menawarkan tema ‘green’, tapi tidak lebih baik dari daun-daun artifisial yang menggantikan kerindangan pohon-pohon dan pengharum ruangan yang tak lagi membutuhkan wanginya kembang sedap malam. Dan jika masyarakat modern ini membutuhkan rileksasi, maka akhir pekan atau liburan panjang baru mereka berbondong-bondong ke gunung, mencari udara dingin dan kesegaran alam yang sedikit banyak dirindukan di tengah hiruk pikuk kota. Bagaimana manusia ini bisa memahami betapa pentingnya tanah dan gunung kendeng bagi masyarakat petani-petani Kendeng.

Tanah, untuk manusia, tidak hanya dimaknai sebagai tempat tinggal, tetapi juga akar sosial dan budaya yang mendasari setiap cara hidup manusia (ways of life). Gaya kehidupan di atas, bukan berarti tidak membutuhkan tanah, tetapi cara memaknai manusia terhadap tanah atau pun bumi terus berubah. Jika manusia pada zaman dahulu sekali menganggap tanah pohon dan segala yang tumbuh dari bumi adalah bagian suci dan kekuasaan yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka, namun makna ini menjadi berubah dengan kenyataan baru bahwa manusia mampu menaklukkan alam dan menggunakannya untuk kepentingan manusia. Hanya dengan mengetahui ilmunya dan melakukan berbagai rekayasa maka bumi akan dengan mudah mengatakan iya untuk segala keinginan manusia.

Gaya pemikiran manusia zaman dahulu ini akan kita sebut sekarang sebagai manusia tradisional. Katakanlah manusia yang menggunakan cara-cara kuno dan tidak efisien, berat menyebalkan dan bahkan tidak memberikan kemajuan sama sekali terhadap ‘pembangunan’ kita. Atau mungkin kita akan melihat yang tradisional itu sebagai ‘wisata’ terhadap kehidupan kita yang cukup rumit dikelilingi dengan mesin. Namun, cara pandang ini lah yang menyelamatkan kita dari segala bentuk kemarahan alam yang telah lama kita dengar beberapa tahun terakhir.

Di antara kita tidak akan pernah berpikir tentang bagaimana mata air itu agar terus terjaga, jika kita dengan mudah cukup dengan membeli air galon dan mengisi kolam renang dengan air bersih yang disediakan oleh pembangun perumahan. Mata air itu jauh dari lokasi kita berada dan bahkan kita tidak bisa membayangkan bagaimana bentuknya, selain apa yang kita kunjungi sebagai air terjun atau wallpaper air jernih dalam laptop. Tapi, ibu-ibu Masyarakat Kendeng ini harus bersusah payah bertahun-tahun berteriak dan mengorbankan segala waktu jiwa dan raganya untuk mempertahankan mata air.

Mungkin anda berpikir bahwa mata air gunung Kendeng bukanlah mata air yang digunakan untuk air minum anda sehari-hari apalagi jelas anda tidak punya apa pun terhadap para petani ini. Tapi bumi yang anda tempati sekarang bukanlah tempat yang terpisah dari yang mereka tempati, para gunung bersaudara, segala pohon memiliki akar yang saling mengikat, begitu juga dengan jumlah air dan segala udara yang mengambang di antara hidung dan angin yang sampai pada kulit anda. Segala bentuk perjuangan dibutuhkan untuk kehidupan yang ingin terus dipertahankan, dan ibu-ibu Masyarakat Kendeng ini tahu betul dengan hubungan  batin antara manusia dan bumi. Sebagaimana perasaan anda kepada anak-anak anda dan orang tua anda.

Saya hanya berharap bahwa saya sendiri mampu bersikap adil terhadap bumi. Rasa keinginan saya terhadap kebutuhan hidup itu setidaknya mampu bergaris sejajar dengan bahagianya bumi bergaul dengan saya. Saya kagum dengan ibu-ibu Masyarakat Kendeng, kekaguman saya terkadang juga membawa rasa sebel terhadap orang-orang yang berpikir untuk dirinya sendiri, bahwa kehidupan mereka akan lebih baik dengan adanya pabrik semen. Tapi mau bagaimana lagi, tentu saja, hal itu benar adanya bagi mereka, tanah sawah sudah dijual untuk kebutuhan lainnya, unit pekerjaan lain lebih dibutuhkan, petani tidak lagi memberikan janji kemakmuran, keramaian akan membuka banyak bidang usaha.

Keinginan manusia seperti lingkaran setan. Tidak akan berhenti hanya dengan habisnya bumi ini. Tapi segala yang terjadi disadarkan pada ‘keinginan Tuhan’ yang mereka bela setengah mati. Hai Manusia, ingatlah.. bumi ini lebih membutuhkan dirimu lebih dari siapa pun, maka Tuhan akan berpihak padamu. Hanya dengan bertanggung jawab dan bersikap adil, maka kita berharap bumi tidak marah begitu juga dengan Tuhan. Apakah menurutmu Tuhan akan membela kita saat bumi marah? Apakah Anda yakin bahwa Anda lebih baik dari bumi dalam menyembah Tuhannya?

1 komentar:

Rindu pada Musim

20.49 Unknown 1 Comments



Musim berlalu seperti angin siang ini
Hujan panas silih berganti
Kadang seperti membiarkan bumi beradu pada bulan
Tak apa, aku akan di sini seperti saat yang sama kau singgahi.

Dunia boleh saja berkata bahwa daun tidak akan kembali segar setelah berguguran
Tapi aku percaya pada keajaiban
Bahwa doa seperti mantra-mantra yang membangkitkannya
Membawa pada kedalaman mimpi
Dan mengangkatnya kembali ke permukaan
Seperti aku saat yang sama kau singgahi.

Harapan pada kehampaan bukan tanpa makna
Seperti ruangan kosong gendang
Memberikan suara nan menantang
Di antara sela-sela udaya yang bergerak dalam seruling
Seperti aku saat yang sama kau singgahi

Meski pertemuan demi pertemuan tetap berada di sana
Kutanam kuncup dalam tanah basah
Dan berharap musim menjadi doa dan mantra
Seperti kata-kata ini,, menjadi keajaiban.

Seperti aku saat yang sama kau singgahi.

1 komentar: