Martin Van Bruinessen Bicara tentang Yahudi

21.11 Unknown 2 Comments


Saya tidak habis pikir terdapat dua hal saling bermusuhan tapi bisa jadi sekutu. Anti-semitisme dan Zionisme ini saling bermusuhan tapi saling membutuhkan satu dengan yang lain.  Bingung? Oke. Saya juga. Mari kita bahas.

Jadi begini, Martin Van Bruinessen (2013) dalam salah satu catatannya menjelaskan tentang bagaimana Muslim memandang Yahudi saat ini. Persepsi tentang Yahudi sangat dipengaruhi distorsi sejarah yang memang parah, level hoaxnya tidak hanya dikonsumsi oleh satu satu negara, tapi sudah sampai hampir seluruh dunia. 
gambar ini dari amazon.co

Pemahaman itu muncul dari sebuah buku yang dikenal dengan Protokol-protokol Para sesepuh Zion atau dalam versi arabnya Al-Maka`id Al-Yahudiyah. Buku ini dicetak pertama di Rusia sebagai suatu mobilisasi antisemitisme, sebagai bentuk propoganda anti -Yahudi. Namun, yang terjadi adalah gerakan penolakan terhadap perubahan sosial akibat dari modernisasi.

Secara pada waktu itu, modernisasi telah mengikis tradisi-tradisi yang telah memberikan previlage pada kelompok tertentu namun “kesulitan” pada kelompok lain. Misalnya, di zaman old, hanya bangsawan yang bisa belajar di bangku sekolah. Kemudian, modernisasi memberikan tuntutan bahwa semua orang berhak mendapatkan pendidikan. Akibatnya, nilai kebangsawanan pun agak berkurang kan...... 

Nah, Yahudi adalah salah satu kelompok masyarakat yang mustadháfin dan mendapatkan keuntungan dengan adanya modernisasi. Jika sebelumnya mereka mendapatkan kesulitan dalam beberapa akses kehidupan karena statusnya, maka dengan adanya modernisasi, dia memiliki kemungkinan baru yang lebih terbuka untuk memperbaiki kualitas hidup.

Menjadi isu strategis, perkembangan Yahudi ini dianggap sebagai ancaman bersamaan dengan semakin modernnya dunia. Ini pula yang menjadi alasan adanya gerakan anti-semitisme, suatu gerakan penolakan terhadap Yahudi. Aneh ya, manusia sendiri yang menginginkan modernisasi karena terbantu dengan penemuan-penemuan teknologi baru yang memudahkan pekerjaan. 

Tapi di lain pihak, mereka ingin “kepentingannya” tetap dilindungi oleh budaya yang sudah mapan. Akhirnya mereka menyalahkan orang lain (yang bukan dari ras atau golongan mereka) untuk menghindari perubahan atau kritik. Kalau dalam bahasa Pak Martin:

Antisemitisme merupakan reaksi terhadap arus perubahan sosial dan ekonomi yang begitu cepat serta berkembangnya kapitalisme modern, terhadap gerakan-gerakan liberalisme dan sosialisme, republikanisme dan sekularisme —yakni terhadap memudarnya privilese-privilese (hak-hak istimewa) lama. Dari sinilah muara adanya keyakinan kuat bahwa semua perubahan sosial dan politik tidak disebabkan oleh dinamika perkembangan sistem ekonomi kapitalis melainkan direncanakan oleh sebuah persekongkolan orang yang ingin mendominasi seluruh dunia: Yahudi dan/atau Freemasonry

Nah, dari sinilah buku Protokol-Protokol dibuat. Buku ini diklaim sebagai catatan sejarah yang isinya rencana jangka panjang para pemimpin Yahudi untuk menaklukkan dunia. Padahal, menurut Pak Martin, buku tersebut hanyalah gubahan ari sebuah novel Dialog dalam Neraka antara Montesquieu dan Machiavelli ditulis oleh Maurice Joly di 1864 karena saking sebelnya terhadap raja diktator Kaisar Napoleon III. Kalian tahu Machiavelly? Hmmm, jadi dia ini semacam penasehat Raja yang memberikan petunjuk bagaimana cara menjadi Raja Diktator profesional dan sukses. Kemudian, dipakailah ini kata-kata imajiner penulis tentang Machiavelly sebagai kata-kata sesepuh Yahudi dalam Protokol-protokol Para sesepuh Zion. 

Meskipun hoax, tapi propoganda ini sangat efektif dan dipakai di berbagai dunia baik dalam konteks anti semitisme atau tidak. Contohnya, 100.000 eksemplar di Jerman, dipakai Hitler untuk melegitimasi fasisme. Terus, dicetak di Mesir demi kepentingan Nazi Jerman terhadap Kanal Suez. Oleh Jepang, digunakan untuk menyerang Cina Kuo Min Tang yang dicurigai bagian dari konspirasi Yahudi. Di Indonesia, tentu saja, digoreng sedemikian rupa ditambah ayat-ayat, lengkap sudah bisa dipakai untuk tujuan politik apapun (khusus untuk studi di Indonesia di bagian kedua tulisan ini yak...).

Sekarang, apa sih Zionisme? bayangkan lagi (asal bukan mbayangke yang tidak-tidak). Kamu, sebagai Yahudi, diusir dan diomongin yang jelek-jelek mulu, ditolak di mana-mana, kepemilikanmu tidak diakui, nggak punya tanah dan air untuk hidup, tidak punya kewarganegaraan (saat aku nulis ini kepikiran Rohingya dan orang-orang Syiah sampang yang akhirnya terusir dari rumah). Kemudian, mereka berjuang untuk memiliki tanah, mempunyai negara. 

Tentu saja, gerakan zionisme ini kata Pak Martin (lagi) tidak ada hubungannya dengan Agama Yahudi (owh ya, Yahudi ini, tidak hanya agama lo, kata Yahudi juga merujuk pada bentuk nasionalisme dan etnis). Namun, menjadi persoalan saat para zionis ini memilih Palestina sebagai “rumah”. Secara Palestina merupakan tempat suci bagi tiga agama besar, nggak mau dong salah satu mengklaim milik dia sendiri. Mereka sangat berharap orang-orang Yahudi yang bertebaran di seluruh dunia agar kembali ke “rumah”. Tapi ingat, banyak juga Yahudi yang tidak sependapat dengan berdirinya Negara Israel, seperti Erick Fromm, Freud hingga Einstein (kenal kan....).

Sekarang apakah kalian bisa melihat kepentingan yang sama dari dua hal di atas? Antara Anti-semitisme dan Zionisme. Terdapat kepentingan bersama: para Zionis ingin mengajak orang Yahudi dari Eropa ke negara yang ingin diciptakan, sedangkan para antisemit merencanakan “pembersihan etnis”. Keberhasilan kedua gerakan politik tersebut merupakan salah satu tragedi terbesar abad ke-20 (2013, hal. 269).  De deng..... (dengan nada dan suara seperti saat salah satu tokoh sinetron bertemu mantan pacar.....).

Bayangkan! (sekali lagi hahahaha) jika hal yang sama terjadi dengan Islam, Islamphobia juga memiliki andil yang besar dalam gerakan radikalisme Islam. Mereka tidak suka orang Islam dan berusaja mengusir orang islam di wilayahnya, kemudian terdapat orang Islam lain memanggil sesama orang Islam korban Islam phobia untuk membangun negara Islam. Yang satu bertugas melempar, yang lain bertugas menerima. Mirip kan?
...........
 
sumbe gambar ini dari bukalapak. aku bacanya dalam bentuk pdf.
Ringkasan sedikit dari Martin van Bruinessen, ‘Yahudi sebagai Simbol dalam Wacana Islam Indonesia Masa Kini.’ Diterbitkan sebagai Bab 8 dalam: Martin van Bruinessen, Rakyat Kecil, Islam dan Politik. Yogyakarta: Gading, 2013.

You Might Also Like

2 komentar: