Pantai Sine, Aroma Laut di atas Tanah Gersang

21.29 Unknown 1 Comments

Oke, yang nulis pantai ini pasti sudah banyak bangetzzz ya.. akan mudah ditemukan di berbagai blog. Tidak hanya gambar-gambar tetapi juga penjelasannya di sana... bahkan juga ada yang bikin video perjalanan ke pantai ini. Apalagi gambar Pantai Sine mudah ditemui ketika pengunjung Tulungagung sudah akan masuk ke kawasan kota. Maklum Sine adalah salah satu ikon pariwisata alam di Tulungagung, selain puluhan wisata alam lainnya. Secara, Tulungagung kan letaknya di selatan Jawa bertemu langsung dengan Samudra Hindia dan bertetangga dengan Australia di sebrangnya hohohoho...
Pantai Sine ini terletak di Desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir atau sekitar 35 km arah selatan Kota Tulungagung. Jalan yang dilalui sudah beraspal dan bagus, lancar jaya dan anti macet (ingat ketika aku pernah ke pantai di gunungkidul wonosari jogja itu selalu terjebak macet dengan mobil-mobil dan bus-bus yang bajibun sumpah panjang bangetzz menuhin isi jalan).  Pas aku ke situ sama suami naik motor lagi panas-panasnya musim kemarau. Dari arah kota kami ke timur dulu baru ke selatan (lengkap jalannya bisa ikuti GPS ya... soalnya aku bingung mau njelasin kwkwkwkwkw...tahu kan cara baca GPS?????). Meskipun kemarau, padi-padi di sini tetap hidup dengan baik warna hijaunya seperti hamparan permadani (yang sering naik kereta atau yang rumahnya di desa tahu kan indahnya hamparan padi indonesia.... rasanya syurga euyy!!). di belakang hamparan padi, maka ada gunung-gunung kecil berjejeran dari ujung mata melihat arah Timur ke Barat. Jika tersesat tanya aja dengan orang-orang sekitar, Insya Allah semuanya tahu ke mana arah Pantai Sine.
Daerah gersang dimana banyak pohon tertebang.
Pohon ikut meranggas karena kemarau panjang
Seperti Pantai di Gunung Kidul, pantai-pantai di Tulungagung juga terletak di balik gunung-gunung (mungkin maksudku pegunungan.... atau apa ya... tanah tinggi yang nampak kayak gunung dari kejauhan meskipun tidak setinggi gunung hmmm... ). Walaupun padi-padi itu baik-baik saja di musim kemarau, tapi tidak bagi pohon-pohon jati di pegunungan yang kami lewati. Daunnya hampir tidak ada, hanya pohon-pohon kering yang kerontang sekering tanah di bawahnya. Lebih mengenaskan lagi, terdapat beberapa lahan yang gundul. Sisa-sisa tebangan pohon terlihat sangat merana terpapar sinar matahari. Luaaaaaasssssssss... seperti berlembar-lembar permukaan gunung yang terlihat putih. Aku tidak mengerti, membayangkan, jika hutan-hutan di sini habis, apakah mempengaruhi berbagai tempat di jawa ini banjir. Hiks hiks... rasanya ikut merana dengan sisa-sisa tebangan pohon itu....
itu tuh... cekungan pantainya udah keliatan... lihat kan lihat kan!!
Waktu pun berlalu dan perjalanan kami memasuki episode baru.... Tanah-tanah kering telah kami tinggalkan. Terlihat lah hijau-hijau lagi..... meskipun tidak serimbun seperti perjalanan kami ke Sidem dan Popoh. Ketika hampir mendekati pantai, aku melihat hamparan pantai sine yang indah,,,,, birunya... luasnya... cekungannya... mataku berkerlap kerlip dan langsung menyuruh sayangku tercinta berhenti  untuk mengambil foto. Amboy anginnya... sejuk ... bau air laut sampai di sini,,,!!! kami melihatnya dari atas gunung...... hmmm... segarnya........ Upz! Oke!! Tidak boleh terlena di sini,,,, harus melihat secara langsung syurga itu. Selesai poto-poto langsung lanjut.....
suasana perkampungan nelayan yang berada di dekat pantai
mungkin ini TPI mungkin juga tidak. tapi di sini lo
 yang kuceritakan  tentang bangunan besar
Ternyata  oh ternyata.... Meskipun laut terasa dekat, di depan mata... perjalanan kami masih jauh dan belum nyampe-nyampe juga. Hingga pada akhirnya kami masuk ke perkampungan. Panas dan terik .... kami mengikuti arah jalan perkampungan ini. Sepi, tidak orang yang berlalu-lalang. Beberapa warung terbuka di bawah tenda biru. Tidak ada seorang yang kulihat seperti pembeli atau pengunjung yang beristirahat seperti tempat wisata lainnya. Hanya para penjualnya yang duduk-duduk berkumpul di satu titik meninggalkan warungnya. Kami pun berkeliling sebelum memutuskan untuk turun ke pantai. Perkampungan pesisir pantai ini tidak terlalu luas, hanya puluhan rumah yang berdekatan pada sayap timur. Adapun sisi Barat, tanahnya terbagi menjadi semacam rawa-rawa (mungkin tidak rawa seperti genangan air yang dipenuhi dengan pohon ganggang). Satu bangunan besar di utara pantai yang seharusnya digunakan menjadi TPI, tapi tidak ada aktivitas jual beli siang ini, hanya beberepa nelayan yang sedang membuat jaring. Ruangan terbuka yang luas itu diisi penuh dengan jaring-jaring dari ujung ke ujung. Ke utara lagi dari bangunan, terdapat lapangan luas yang tertutup rumput atau tanaman menjalar lainnya yang digunakan untuk menjemur jaring-jaring.

Setelah berputar sekali, kami mulai turun ke pantai. .....
itu gue .. hahaha... takjub melihat pantai dan luasnya langit..
Aku segera lari menyambut ombak .... aku lihat berkeliling... Sukoiiiii!!!!!! ...  laut biru membentang, pantai (tidak pasir putih tapi...) yang luas dan panjang... batuan cantik seperti tebing di sisi kanan jika kita menghadap ke pantai. Dan yang jelas TIDAK ADA SEORANG PUN selain aku yang berlarian. Sayangku hanya melihatku dari jauh dan ambil-ambil poto.... Oh Em Gi..... Its so  cantik............

Welcome to The Paradise!!!!

Jalan ke sana ke mari... berduaan... serasa pantainya tidak berujung...  kamu juga bisa memesan ikan panggang sambil makan menghadap pantai. ... privatnya adalah... serasa waktu itu tak berujung dan ruang tak terbatas untuk bertingkah dan melewati hari...
its my time....  wait for your time!!! 


Rasakan sendiri surganya ya.... #jangan lupa beli oleh ikan panggang segar... 
ikan-ikan di pantai selatan misalnya Tulungagung, sebagian besar diolah dulu dipanggang sebelum dijual, seperti ini manggangnya..




You Might Also Like

1 komentar: