Persepsi Indonesia tentang Yahudi

21.21 Unknown 5 Comments


Sekarang lagi rame-ramenya tuh orang mengambil sikap dukungan terhadap Palestina. Nah, saya mau tanya. Menurut Anda, kenapa Anda mendukung Palestina? Karena Islam? karena Yahudi? Karena Islam harus melawan Yahudi? karena Yahudi adalah musuh Islam yang jahat? Hmmm...

Bagi saya sendiri yang awam tentang konflik Israel dan Palestina, sepanjang persoalan tersebut dilihat dengan kacamata Yahudi-Islam maka akan sangat sulit diselesaikan. Tapi kenapa Indonesia harus standing with Palestina, karena sebagaimana Indonesia miliki dalam pembukaan UUD 1945, bahwa segala penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Diskusi ini masih menyambung tentang pemahaman kita tentang Yahudi. 
cober buku ini didapat dari henrymakow.com

Menurut saya, penting untuk melihat lebih jernih dan detail agar kita tidak terlalu mudah mengkonsumsi hal-hal yang bersifat konspirasi. Hahahaha.. iya konspirasi... sebagaimana cuplikan ini dalam kata pengantar buku Ayat-ayat Setan Yahudi yang dikutip oleh Pak Martin dalam artikelnya:

Hampir setiap peristiwa besar di dunia berjalan mengikuti tuntutan The Elders of Zion ini. Peperangan, kemerosotan, revolusi, naiknya biaya hidup, dan keresahan berlarut-larut, wujud nyata mengangkangi dunia melalui pintu belakang

Siapa yang tidak menyukai konspirasi. Cara terbaik untuk menyalahkan orang lain dari pada mengevaluasi kerja diri sendiri. Martin Van Bruinessen setelah menjelaskan tentang hubungan anti-semitisme dan Zionisme, masih dalam satu catatan yang sama, mengatakan bahwa sebagian besar pemahaman Muslim di Indonesia tentang Yahudi sangat bersifat konspiratif karena saking kuatnya pengaruh buku Protokol-protokol Para Sesepuh Zion.

Dia menyebutkan artikel maupun buku-buku yang banyak dipakai untuk membentuk persepsi tentang Yahudi. Di tahun 1993, Panji Masyarakat dan Al Muslimun menulis laporan khusus tentang Yahudi dan Zionisme yang pada waktu itu dalam konteks pasca perjanjian perdamaian antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina. Buku Protokol-protokol dijadikan bukti “kejahatan” Israel. 

Sebelumnya ketika Yahudi belum begitu populer di Indonesia, buku itu dianggap sebagai kitab suci ketiga Umat Yahudi setelah Kitab Perjanjian lama (Taurat) dan Talmud oleh Prof. Dr. Ahmad Shalaby, guru besar dari Mesir yang sempat mengajar di Indonesia pada tahun 1950-an dalam bukunya Perbandingan Agama: Agama Yahudi.

Ini juga yang menurutku sebagai kritik terhadap buku-buku mata kuliah Perbandingan Agama. Sebagian yang kita baca adalah pengetahuan dan pengalaman umat agama lain yang dituliskan dengan kaca mata umat Islam. Hasilnya, apa yang sudah menjadi konsep atau paradigma kita terhadap suatu pengetahuan, kita paksakan kepada bentuk pengetahuan yang lain. Apa yang kita sebut dengan agama, pengertian dan konsepnya, kita gunakan untuk memahami agama lain. Tetapi, jika kita meminta ulama agama lain untuk mengajar atau menjelaskan tentang agamanya, maka sebagian orang akan bilang sebagai pendidikan yang menjurus pada pemurtadan atau paling tidak liberal. Hehehehe...

Oke kembali pada persepsi kita tentang Yahudi. Saya hanya sekali bertemu dengan orang yang mengakui sebagai Yahudi baik beretnis Yahudi atau beragama Yahudi tetapi bukan orang Israel. Saya pikir, she is nice, seperti manusia yang saya kenal lainnya. Mungkin juga karena saya sendiri sebelumnya tidak membaca hal-hal yang membuat saya curiga dengan Yahudi. hehehe... Bahkan, saya memiliki seorang guru keturunan Yahudi dari pihak ayah, warganegara Amerika, tetapi dia memilih untuk beragama Katolik. She is nice too, dan sangat cantik. Justru dalam pikiran saya, mengapa di dalam Al Quran terdapat ayat yang mengatakan “walan tardha ánkal yahudu wa lannashara hatta tattabia millatuhum”.

Setelah saya pelajari ayat tersebut, misalnya Quraish Shihab menegaskan bahwa ayat ini tidak dapat dijadikan bukti dasar bahwa Ahl-Kitab berusaha untuk meng-Kristen-kan Umat Islam apalagi, me-Yahudi-kannya. Redaksi tersebut menggambarkan keputusasaan menyangkut kemungkinan ahl al-kitab memeluk Agama Islam. Dan Quraish Shihab juga terus mengulang dalam tafsirnya Al Misbah, ayat tersebut bukan berbicara tentang semua Ahl al-Kitab. Begitu juga, Dia menggarisbawahi bahwa ayat-ayat di atas berbicara tentang orang Yahudi dan Nasrani yang hidup pada masa rasul, keadaan sesudahnya tidak harus sama kan dengan masa lalu kan......

Jadi mengapa persepsi kita harus tegas tentang nasionalitas dan agama? Karena jika kita terus melihatnya sebagai konflik antar agama, jika kita percaya bahwa selamanya Islam dan yahudi adalah musuh bebuyutan, maka bagaimana kita dapat membayangkan sebuah solusi damai. Akan sangat berbeda dengan kajian mendalam tentang kekuatan dan strategi Zionisme (ingat sekali lagi bedakan dengan konspirasi yang berlandaskan emosi dan gambaran perang kosmik), negara Israil, orang zionis atau siapapun sukarelawannya tentu saja memiliki strategi yang luar biasa dalam merealisasikan tujuannya. Pak Martin merekomendasikan dua buku yakni Findlay 1985 dan Mearsheimer & Walt 2007, yang akan menunjukkan bagaimana kemampuan Zionis mempengaruhi pendapat umum dan kebijakan negara-negara dunia.

Kalau anda benar-benar mendukung Palestina, maka bukan Yahudi yang harus Anda benci apalagi diperangi. Satu penolakan akan melahirkan perpecahan baru. Sama seperti Anda tidak suka Belanda, bukan karena agamanya, tapi karena tindakan penjajahan pada rakyat Indonesia. Kalau sudah tidak menjajah lagi, masak iya kita akan tetep benci Belanda selamanya...  

You Might Also Like

5 komentar: