Hunting Mie Ayam, Kupas Tuntas

22.50 Unknown 1 Comments


Siapa sih di Indonesia ini yang nggak kenal mie ayam? Mie yang katanya sejarahnya dari Cina ini sudah meng-Indonesia bangetz dengan beragam cara untuk beradaptasi dengan cita rasa beragam suku budaya di pelosok tanah air. Sudah harganya murah meriah, mienya lembut, ayamnya mantab, kuahnya segar hingga pedes endes tak terbatas.

Penjual mie ayam bisa saja ditemukan di setiap pojok jalan kota-kota anda, atau langganan yang selalu lewat depan rumah, tapi tidak mudah untuk mendapatkan mie ayam dengan cita rasa yang sesuai selera bukan? Nah, kali ini saya ingin menulis pengalaman saya saat hunting warung mie ayam di Tulungagung.

Informasi umum dulu ya, sebagian besar cita rasa mie ayam di Tulungagung terbagi menjadi dua, yakni Mie Ayam Solo dan Mie Ayam Jakarta.  Mie ayam solo biasanya rasanya manis, ada sedikit kandungan kecapnya, mienya ukurannya agak besar, ada juga yang kuahnya berwarna kuning dan sedikit asin, yang menjadi khas mie ayam solo di Tulungagung adalah ukuran ayamnya, di sini potongan ayamnya besar-besar dan rasanya manis. 

Berbeda dengan mie ayam solo, mie ayam Jakarta biasanya dicirikan dengan memisahkan mie dengan kuahnya. Rasanya pun lebih gurih karena tidak menggunakan kecap, hanya bawang putih dan lada.

Oke, saatnya hunting, dari yang paling populer hingga yang paling enak. Menurutku loh ya... hehehe. Siapa tahu ada yang seselera denganku. Hihihi
ini yang aku maksud mie ayam dengan penampilan kkhas jakarta. kuah dan mie dipisah..

Awal mula di Tulungagung, kalau lagi googling, yang paling terkenal adalah mie ayam ijo di wilayah Tunggulsari Tulungagung. Mie ayam ini memang unik karena menyediakan mie yang warnanya ijo. Selain itu, berbeda dengan mie ayam lain yang biasanya pakai sawi hijau, di mie ayam ini pakai selada. Menurutku sih, rasanya asin, dan kuah dan mienya nggak bisa nempel, tidak tahu kenapa, sehingga mienya pun meski warnanya cantik cerah nan hijau mempesona rasanya cenderung anyep.

Tahukan anyep? Nggak asin nggak manis alias nggak ada rasanya kecuali rasa tepung. Ayam yang sudah dibumbuin pun harusnya enak, tapi rasa itu hanya bisa bercampur dengan kuah, tidak dengan mie apalagi seladanya. 

Soal selada lah ya, sebenarnya itu pilihan alternatif yang bagus juga, secara mie ayam di Tulungagung dipengaruhi dengan gaya cwi mie ala Malang yang memang menggunakan selada untuk pelengkap sayurannya. Masalahnya, selada ini nggak tahan panas, jika selada dan kuah mie ayam dijadikan satu mangkuk. Kalau dimakan terpisah dia pahit, kalau dimasukin kuah langsung lemes lenyap. Dilema selada di mangkuk mie ayam. Hal ini bisa saja dihindari jika sama mie dan kuahnya terpisah. Hahahaha aku kog kayak kritikus makanan ya... hahahahaha

Dengan gaya yang sama, menggunakan ciri khas mie ayam beragam warna, ada yang namanya warung mie ayam Malioboro, lokasinya di seberang Mie Nelongso (salah satu warung mie terpopuler dan teramai di Tulungagung). Mie ini spesialisasinya mie rasa wortel dan rasa bayam. 

Harganya memang di atas rata-rata mie ayam original sekitar 8.500an kalau yang ada rasa-rasanya sekitar 12.000an. Gaya penyajian mie ayam ini seperti mie ayam jakarta, dipisah mie dan kuahnya. Tapi olahan ayamnya khas solo, yang cokelat dan manis. Pakai sawi hijau dan ukuran mie ayamnya kecil. 

Boleh lah sekali-kali ngemie di sini, hanya saja menurut saja kurang segar. Karena kuah yang disajikan kurang panas, kuah mie rasa asin tapi ayam yang disajikan manis, jadi mungkin yang diharapkan gurih, tapi sayangnya kurang pas, karena seperti setengah-setengah mau mengarah ke mana rasa mie ayamnya hehehehe saya lupa bahwa mie ayam temennya adalah saus. Mungkin kalau dikasih saus bisa membantu.   

Oke, mie ayam kedua, adalah mie ayam terkenal dan enak. Yakni mie ayam Perempatan Kepatihan. Dari Masjid Al Muslimun itu ke Barat dan tidak lebih dari 50 meter  

Mie ayam ini sangat ramai dikunjungi para penggemarnya. Harganya memang di atas rata-rata kurang lebih 10.000an, tapi rasanya jos. Mie ayam khas Jakarta memberikan kualitas sebagaimana pilihan genre rasanya. Ukuran mienya kecil, sebagaimana yang biasa dipakai untuk mie ayam Bangkok yang khas Cina. Sebelum disajikan mie nya dicampur dan diaduk dengan minyak ayam, minyak wijen dan bumbu. Di atas mie, diletakkan selada segar dan juga ayam yang dipotong halus, dengan rasa garam dan lada dengan sedikit minyak wijen. Kuah disajikan terpisah. Selain segar karena dicampur dengan daun bawang, juga awet panas. 

Jadi meskipun cara makan anda dengan tetap mempertahankan mie dan kuah terpisah, maka hangatnya kuah akan tetap bertahan hingga anda menghabiskan mienya. Dan, misalnya pun kuah itu anda masukkan ke dalam mie, kuahnya tidak mengganggu bumbu. Mie ini memang cenderung rasa asin, sangat berbeda dengan mie ayam solo.
   
mie ayam Tunggal Rasa 

Ketiga, mie ayam Tunggal Rasa di Jalan Sutomo, Tulungagung. Yang ini mie ayam favoritku. Karena pada dasarnya aku suka mie ayam yang agak solo dan juga agak jakarta. Hohohoho apa itu maksudnya. Hehehe... mie ayam yang tetep berkuah (tidak terpisah kuahnya) tapi juga asin (meski ayam yang disajikan warna cokelat alias pakai kecap). 

Mungkin secara penampilan mirip mie ayam solo, tapi rasanya lebih ke mie ayam Jakarta. Kkwkwwkwkwkw aneh juga ya,,,, Mie ayam dengan tagline nama Tunggal Rasa di Tulungagung sebenarnya banyak, ada di Kepatihan hingga perempatan BTA. Tapi hanya yang di Jalan Sutomo ini yang cocok. 

Saya tidak tahu kenapa mie ayam tunggal rasa yang satu dengan yang lain berbeda. Kadang ada yang terlalu manis, kadang ada yang mienya terlalu besar. Oke, kenapa mie ayam ini juga spesial, menurut aku sih karena rasanya, teksturnya maupun kesegarannya pas. Ukuran mie tidak terlalu besar maupun kecil, sehingga tidak membuah neg yang makan. Kuah yang disajikan juga tidak terlalu banyak ataupun terlalu sedikit,  sehingga mienya tidak mudah mengembang. 

Saya lebih suka sawi hijau dari pada selada untuk mie ayam, dan sekali lagi, sawi harus dimasak dalam kondisi segar. Kalau sawi sudah dimasak duluan untuk mempercepat proses penyediaan mie, maka membuat kuah yang ada di mangkok kehilangan cita rasa segarnya sawi. 

Tekstur ayamnya yang dipotong tidak besar-besar seperti ayam potong, tapi lebih seperti ayam sisir, jadi ayam pun terasa lebih lembut dan mudah dikunyah, nggak ada ceritanya seliliten makan ayam nya mie ayam hohoho. Rasanya pun meskipun pakai bumbu cokelat khas mie ayam solo, tapi tidak mendominasi rasa kuah yang dibuat gurih. Kuahnya bening, tidak berwarna kuning maupun agak ada cokelatnya. After all it is the best mie ayam i found in Tulungagung.

Oke, sampai di sini, studi tentang mie ayam di Tulungagung. Disambung nanti kuliner lainnya...

You Might Also Like

1 komentar: